Sunday, February 28, 2021

Ternak Ayam Kampung

 Ternak Ayam Kampung

Tak dipungkiri lagi, bisnis ternak ayam kampung jadi salah satu usaha yang menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun ke tahun, permintaan daging ayam ini selalu naik. Semakin banyak restoran hingga warung pinggir jalan yang menjual santapan menu ayam kampung. 


Harga karkas ayam kampung juga relatif stabil dibandingkan ayam potong pedaging atau broiler yang kerap kali anjlok di tingkat peternak, terutama di peternak mandiri. 
Febroni Purba, mengatakan harga jual ayam kampung lebih mahal karena kualitas dagingnya yang berbeda dengan ayam pedaging broiler. Selain itu, persepsi bahwa daging ayam kampung lebih sehat, membuat konsumsinya di Indonesia terus meningkat. 

Jenis ayam kampung yang tengah populer dibudidayakan peternak di Indonesia yakni ayam kampung KUB. 

"Peternakan ayam kampung kini semakin diminati tidak hanya dari pendatang baru atau pemula saja tetapi juga dari peternak ayam broiler," jelas Roni, sapaan akrabnya kepada Kompas.com, Senin (18/5/2020). 

"Ambruknya harga jual ayam broiler sepanjang tahun 2019 hingga memasuki triwulan tahun 2020, membuat sejumlah peternak ayam broiler beralih memelihara ayam kampung berkapasitas 5.000-10.000 ekor," kata dia lagi. 

Bicara modal, sambung Roni, ternak ayam kampung bisa dimulai dari pekarangan rumah. Untuk pemula, ayam kampung bisa dipelihara di kandang dengan kapasitas mulai dari 300 untuk peternak pemula. 

Menurut Roni, modal untuk memelihara ayam kampung sebetulnya relatif terjangkau mulai dari anak ayam (DOC), hingga bisa panen pada umur 70 hari mencapai Rp 29.000-Rp 30.000/ekor dengan berat rata-rata 0,9-1 kg. Apabila ayam kampung dipasarkan sendiri ke konsumen akhir seperti restoran atau perumahan, harga karkas ayam kampung tentu lebih menjanjikan. 

"Jika memelihara 300 ekor membutuhkan Rp 9 juta. Di luar biaya kandang. Harga jual di pasar bisa mencapai Rp 50.000/ekor. Pendapatan bisa Rp 10.000-Rp 20.000 per ekor," tutur Roni. 

Usaha ayam kampung juga bisa dijadikan usaha sampingan, karena pemberian makan bisa diberikan dua kali sehari. Bahkan sejumlah peternak cukup sekali saja memberikan pakan dengan wadah pakan yang lebih besar. 

Balik Modal  

Sementara untuk perhitungan balik modal, Roni mengilustrasikan pemeliharaan ayam kampung sebanyak 300 ekor dengan modal Rp 9 juta di luar kandang. "Tergantung memelihara berapa ekor. Misalnya 300 ekor dikalikan Rp 30.000 berarti Rp 9 juta. Kalau memelihara hanya satu periode saja menunggu selama 70 hari maka satu tahun ada 4 periode," terang Roni. 
Perhitungannya, dalam satu periode pemeliharaan dari DOC hingga panen selama 70 hari, per satu ekor ayam diperoleh keuntungan sebesar Rp 10.000. Sehingga jumlah ayam 300 ekor bisa menghasilkan untung Rp 3 juta, dengan catatan tak ada kematian selama pemeliharaan. 

Risiko kematian karena penyakit unggas bisa dihindari dengan melakukan vaksinasi pada ayam. Artinya, dengan perhitungan tersebut, peternak sudah balik modal kurang dari setahun. 

Pasar ayam kampung juga cukup luas. Selain dijual ke bakul, ayam bisa dijual langsung ke pedagang ayam potong di pasar. Jika ingin mendapat harga lebih tinggi, peternak bisa menjualnya langsung ke konsumen akhir dalam bentuk olahan. 

"Pertama pasar tradisional karena di sana. Masyarakat atau konsumen mencari ayam kampung. Tapi kalau ayam dipotong sendiri kemudian diolah menjadi karkas atau ayam bumbu maka bisa dijual di supermarket atau jual secara dalam jaringan (online). Harganya bisa meningkat 20-30%," ungkap dia.

Menurut Roni, ayam kampung memiliki pasar tersendiri dari ayam potong broiler karena memiliki peminat tersendiri, terutama bagi mereka yang percaya daging ayam kampung lebih enak dan menyehatkan karena memang dagingnya relatif lebih rendah kolesterol. Ini membuat harga ayam kampung tetap stabil meski harga ayam broiler tengah merosot di pasaran. 

"Ayam kampung tentu lebih unggul dari sisi kualitas nutrisi. Paling tidak kandungan lemak ayam kampung lebih rendah ketimbang ayam broiler yang kandungan lemaknya sangat tinggi," ujar dia. 

Roni yang juga mengelola restoran ayam kampung NatChick di Cogrek, Parung, Bogor ini menuturkan, permintaan ayam kampung yang terus meningkat bisa dilihat saat pandemi wabah virus corona atau Covid-19. "Proyeksi permintaan ayam lokal terus meningkat, bisa dilihat dari data statistik ayam lokal yang terus meningkat dari tahun ke tahun," ucap Roni.   

"Apalagi di tengah kasus Covid-19, terjadi perubahan gaya hidup masyarakat yang ingin lebih sehat. Kita tahu bahwa paradigma masyarakat bahwa ayam kampung lebih sehat ketimbang ayam broiler yang kesannya negatif," imbuh dia. 

Untuk pakan ayam kampung, bisa menggunakan pakan ayam broiler pedaging. DOC juga bisa didapatkan di beberapa peternak pembibit atau dengan membelinya langsung di perusahaan breeding seperti PT Sumber Unggas Indonesia di Parung, Kabupaten Bogor. 

"Untuk mendapatkan DOC relatif sangat mudah meskipun lokasi penetasan masih terkonsentrasi di Jawa Barat. Di luar Jawa Barat, sudah ada penetasan ayam kampung di Jambi dan Bali yang diproduksi oleh PT Sumbe Unggas Indoenesia," kata Roni. 

"Untuk pakan sampai saat ini disarankan bisa memakai pakan ayam broiler karena kebutuhan nutrisinya yang tidak terlalu berbeda," tambah dia. 

Beberapa risiko usaha peternakan ayam kampung antara lain penyakit unggas, kemudian harga pakan ayam yang naik. Risiko penyakit bisa dikurangi dengan vaksinasi dan menjaga kebersihan kandang. Sementara mahalnya pakan bisa ditekan ditekan dengan menggunakan ransum pakan racikan sendiri menggunakan sumber lokal seperti jagung, bekatul, hingga sisa makanan yang terbuang.

 

Thursday, February 4, 2021

Persiapan Air kolam sebelum tebar Bibit

 


FERMENTASI AIR KOLAM SEBELUM TEBAR BENIH IKAN

Pendahuluan Persiapan kolam dan air kolam dalam budidaya lele, yaitu sebelum kita melakukan tebar bibit adalah mutlak dilakukan. Jika kolam yang anda pakai adalah kolam yang masih baru, atau yang masih pertama kali anda gunakan, maka sebaiknya saat anda pertama kali mengisi kolam tersebut, jangan langsung memasukkan bibit.

Hal ini karena kolam yang baru masih banyak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi keselamatan ikan, terutama untuk kolam yang menggunakan bahan dari terpal, atau dari tembok. Yang ditakutkan jika kita menggunakan kolam dari bahan terpal, maka masih ada sisa bahan kimia dalam proses pembuatannya. Atau jika kita menggunakan kolam tembok, maka masih ada sisa dari semen atau bahan bangunan lain yang digunakan untuk membangun kolam tersebut. Tetapi jika kolam tanah yang akan anda gunakan, mungkin kondisinya akan lebih aman daripada kedua jenis kolam lain yang sudah saya sebutkan sebelumnya, tetapi meskipun demikian, lebih baik jika kita tetap waspada.

Jadi setidaknya kita harus mengisi kolam sampai batas dimana kita akan mengisi air kolam nantinya. Lalu air yang ada di kolam tersebut akan kita diamkan selama beberapa hari, setelah itu kita akan buang air tersebut. Setelah proses ini selesai, sebaiknya kita mengecek kembali kondisi dari kolam tersebut, jika masih belum cukup bersih maka kita bisa mengulang proses pengisian kolam ini lagi, tetapi jika sudah bersih dan sudah tidak ada bau bahan kimia, atau bahan bangunan, maka kolam kita sudah bisa dikatakan siap pakai.

 Setelah kondisi kolam kita sudah mulai steril, maka saat itu kita siap untuk menyiapkan air untuk proses budidaya selanjutnya. Air kolam budidaya perlu kita siapkan, karena air yang masih baru saja dimasukkan ke dalam kolam tidak bisa secara langsung diisikan bibit lele. Karena jika sampai hal ini dilakukan, maka kemungkinan besar bibit yang kita masukkan tersebut akan segera mati, dan kemungkinan tingkat kematiannya akan sangat parah, dan tidak menutup kemungkinan akan sampai menghabiskan seluruh bibit lele yang ditebarkan tersebut. hal ini karena air yang digunakan oleh bibit lele di kolam asalnya adalah air yang sudah lama, dan sudah beradaptasi dengan kondisi bibit lele, jadi saat ikan lele dipindahkan ke kolam baru dengan kondisi air yang masih sangat bersih, atau air yang masih mengandung kaporit (clorin) yang tinggi, maka bibit tersebut akan kaget, sehingga membuat mereka tidak nyaman dengan kondisi kolam yang baru, karena itu maka bibit tersebut akan menjadi stress, sehingga hal itu akan memicu kematian masal dari bibit yang baru saja kita tebarkan.

Sebaiknya setelah kita selesai mengisi kolam, kita biarkan dulu air tersebut setidaknya selama seminggu atau lebih. Dalam proses menunggu tersebut kita bisa mengisi kolam dengan pupuk kandang, sehingga bisa memperkaya kandungan pakan alami ikan yang ada di dalam kolam. Selain pupuk kandang saya dulu juga pernah hanya menggunakan bekatul atau dedak, sebagai biang untuk menghasilkan pakan alami bibit lele di dalam kolam. Untuk hasilnya memang tidak sebagus pupuk kandang, tetapi setidaknya cara tersebut bisa digunakan, yaitu pada saat kita kesulitan untuk mendapatkan pupuk kandang. Biasanya kondisi kolam yang sudah terdapat banyak pakan alaminya, akan terdapat banyak jentik nyamuknya, karena jentik nyamuk juga akan memakan plankton yang ada di dalam kolam, sehingga jentik nyamuk tersebut dapat kita gunakan sebagai indikator.

Setidaknya setelah seminggu kita mengisi air kolam, maka kita bisa untuk mulai menebarkan bibit lele. Sebenarnya, jika kita menunggu sedikit lebih lama lagi, maka kondisi kolam akan semakin sempurna, tetapi yang jadi masalah biasanya jentik nyamuk yang sudah ada di dalam kolam, akan segera menjadi nyamuk, sehingga bisa membuat serangan nyamuk yang parah disekitar kolam.

Syarat hidup ikan (lele)

 Sudаh banyak informasi dаrі sana sini baik dі buku maupun dі dunia maya bаhwа kunci utama dalam beternak ikan khususnya lele аdаlаh air уаng dі gunakan ѕеbаgаі media hidup. Maka dаrі іtu ѕеbеlum kita melangkah lebih jauh mengenai pengelolaan air kita harus mengetahui syarat hidup ikan lele terlebih dahulu supaya kita dараt menentukan cara untuk memenuhi segala persyaratan minimal media hidup lele уаng meliputi ѕеbаgаі bеrіkut :

 · Ikan lele dapat hidup pada suhu 20*C dengan suhu optimal antara 25-28*C. Adapun untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-30*C dan untuk pemijahan 24-28*C.

· Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2 (oksigen)

· Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak dan bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.

· Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.

· Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti eceng gondok.

· mempunyai pH 6.5-9 kesadahan (derajat butiran kasar) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm, turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30-60 cm, 3 kebutuhan o2 optimal pada range yang cukup lebar dari 0.3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak, dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157.56 mg/liter .

 

Dari hal hal yang telah kita ketahui di atas supaya lele yang kita budidaya dapat hidup dengan baik, sehat, serta tumbuh dan memberikan hasil yang maksimal alangkah baiknya kita lakukan proses fermentasi air kolam terlebih dahulu sebelum menebar benih. Hal ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan minimal yang telah di sebutkan di atas.

 

 Keuntungan fermentasi air kolam sebelum di tebar benih

· Lele dapat hidup lebih sehat lincah dan nafsu makan tinggi.

· Tingkat kehidupan ikan lele tinggi.

· Air lebih steril dan bersih karena terjadi penguraian racun dan parasit yang merugikan.

· Lele dapat tumbuh maksimal

· Meningkatkan kekebalan tubuh lele dari serangan penyakit

· PH air dan suhu menjadi stabil karena terjadi proses fermentasi

· Air kolam tidak berbau

· Mengurai feses atau sisa makanan (pelet) sehingga dapat di makan kembali

· Kolam terlihat alami

 

Berikut adalah cara melakukan fermentasi kolam untuk media hidup Bahan:

· Kotoran Sapi, Kambing, atau Kerbau 1 kg / m2

· Probiotik Starbio F9 dengan dosis 5 ml / m2 (5 ml = 1 tutup botol)

· Air secukupnya

 

Cara :

· Isi kolam terlebih dahulu dengan menggunakan air yang akan di lakukan proses fermentasi. air yang di gunakan bebas hal ini di karenakan banyak asumsi di masyarakat bahwa menggunakan air dari sumber tertentu tidak cocok. Dengan adanya proses fermentasi inilah yang dapat membuat air menjadi baik di gunakan untuk beternak lele karena terjadi proses fermentasi yang bertujuan untuk mengurai racun serta parasit yang mengganggu dan menetralisir PH serta suhu.

· Campurkan kotoran sapi, kambing atau kerbau dan probiotik Starbio F9 sesuai dosis ke dalam wadah dan beri air secukupnya.

· Tuangkan campuran ke dalam kolam secara merata.

· Biarkan 3 - 7 hari untuk proses fermentasi

 

Tanda - tanda air kolam siap di tebar benih :

· Air terlihat gelap bening kecoklatan atau kehitaman dan kotoran mengendap di dasar kolam

· Terdapat banyak mikroorganisme yang hidup seperti jentik-jentik, kutu air (daphia), cacing darah, plankton dll sebagai makanan alami ikan.